Fakta Tentang Chiang Kai-shek

Chiang Kai-shek (1887-1975) adalah seorang pemimpin nasionalis Cina. Dalam Bahasa Mandarin dia dikenal sebagai Jiang Zhongzheng atau Jiang Jieshi.  Selama 2 dekade dia menjadi kepala negara di daratan Cina, dan setelah 1950 ia menjabat sebagai presiden Republik Cina di Taiwan.

kisah hidup chiang kai shek
Chiang Kai-shek bergabung dengan Partai Nasionalis China (dikenal sebagai Kuomintang, atau KMT) pada tahun 1918. Ia menggantikan pendiri partai Sun Yat-sen sebagai pemimpin KMT pada tahun 1925, ia mendepak komunis Cina dari partainya dan berhasil menyatukan China. Meskipun fokus melakukan reformasi, pemerintah Chiang juga gencar melawan komunisme di China serta menghadapi agresi Jepang.

Perang saudara pecah pada tahun 1946, yang berakhir dengan kemenangan pasukan Komunis Mao Zedong dan terbentuklah Republik Rakyat Cina. Karena terdesak oleh komunisme, pada tahun 1949 pemerintahannya berpindah ke Taiwan dan Chiang terus menjadi presiden sampai kematiannya pada tahun 1975.

Chiang Kai-shek lahir di Ch'i-k'ou, Chekiang, pada 30 Oktober 1887. Ayahnya, seorang pedagang garam, meninggal pada tahun 1896, meninggalkan istri ketiganya dan Chiang yang baru berumur tiga tahun. Dia menerima pendidikan tradisional Cina yang berpusat di sekitar Konfusianisme, sistem agama yang didasarkan pada filsuf Cina Confucius (551-479 B.C.E.).

Pada tahun 1905 Chiang pergi ke Ningpo untuk belajar kemudian memutuskan terjun ke karir militer. Pada tahun 1906 ia pergi ke Tokyo tapi gagal masuk ke pelatihan militer. Kembali ke China, ia belajar di Akademi Militer Paoting, melanjutkan pendidikan militernya di Tokyo di Akademi Militer Shikan Gakko.

Ketika pemberontakan melawan penguasa Qing (Manchu) dinasti pecah di Cina pada tahun 1911, Chiang pulang untuk bergabung menggulingkan Manchu dan berhasil sehingga terbentuklah republik Cina. Pada tahun 1918, ia bergabung dengan Partai Nasionalis/Kuomintang yang didirikan oleh Sun Yat-sen.

perang saudara cina chiang kai shek
China dulu dikuasai oleh kaisar yang memiliki kekuasaan tanpa batas. Dr. Sun Yat-sen percaya dan yakin betul bahwa China harus ditata dengan cara yang baru melalui revolusi. Kemudian ia memimpin sebuah pemberontakan tahun 1895 namun sayangnya sempat dipadam oleh pasukan kaisar. Ia telah memimpin sebanyak sebelas kali revolusi terhadap Dinasti Qing yang akhirnya berhasil menggulingkan kekaisaran.

Pada 1911, China selanjutnya menjadi republik yang didirikan oleh Sun Yat-sen, ia juga mendirikan Kuomintang (KMT), partai tertua dalam sejarah modern China dan menjadi pejabat presiden di tahun 1912 dan sebagai presiden tahun 1923 - 1925. Setelah Sun meninggal di tahun 1925, tiga tahun kemudian Chiang Kai-shek, salah satu pengikutnya, terpilih menjadi presiden.

Dengan bantuan Sun Yat-sen Chiang pernah menjadi komandan dari Akademi Militer Whampoa di Canton di mana ia mulai membangun pasukan tentara Nasionalis pada tahun 1924 berdasarkan metode yang ia amati selama kunjungan ke Uni Soviet. Pada masa ini, komunis Cina diperbolehkan bergabung ke KMT. Setelah kematian Sun pada 1925, mereka mulai berbenturan dengan unsur-unsur partai yang lebih konservatif.

Pada tahun 1926, pasukan-pasukan nasionalis dan komunis berhasil menaklukkan para pemimpin militer di Utara. Setahun kemudian, Chiang Kai-shek berbalik memusuhi kaum komunis dan berhasil menyatukan seluruh China pada 1928 dalam pemerintahan kaum nasionalis. Meskipun berkuasa di Cina, kaum nasionalis sebenarnya tidak mampu mengontrol seluruh wilayah Cina. Masa pemerintahan kaum nasionalis pada saat itu diwarnai dengan usaha agresi Jepang dan serangan yang dilakukan kaum komunis.

Jepang mulai menguasai sebagian wilayah Cina pada tahun 1931. Sementara itu, Chiang Kai-shek juga kewalahan mengatasi agresi Jepang serta ikut bertempur melawan kaum komunis. Jepang hampir menguasai seluruh wilayah Cina pada tahun 1937. Ketika Perang Dunia II berakhir, pasukan kaum komunis bertambah kuat secara signifikan dan akhirnya berhasil mengalahkan kaum nasionalis. Karena kalah, akhirnya Jenderal Chiang Kai-shek bersama pengikutnya terpaksa harus mengungsi ke sebuah pulau yang dikenal dengan sebutan Pulau Formosa (yang artinya "indah").

patung chiang kai shek balai peringatan

Pulau Formosa yang akhirnya juga disebut dengan Taiwan ini adalah tempat diteruskannya Republik Cina Nasionalis yang Chiang pimpin sampai ia meninggal dunia di usia 87 pada 5 April 1975. Setelah itu kekuasaannya diteruskan oleh putranya yang bernama Chiang Ching-kuo.

No comments:

Post a Comment