Seorang pemimpin politik Kamboja, Hun Sen (lahir 1951) pada awal 1985, pada usia 33 tahun, menjadi perdana menteri termuda di negara mana pun di dunia.
Hun Sen lahir sebagai putra kedua dari sebuah keluarga petani miskin di sebuah dusun di provinsi Kompong Cham tenggara Kamboja, yang berbatasan dengan Vietnam. Lokasi daerah kelahirannya terbukti signifikan untuk karirnya pada tahun 1970-an, karena pada perjalanan perjuangannya dia bisa berhubungan dengan para pemimpin politik dan militer Vietnam dan sekutu Kamboja mereka.
Di awal karir politiknya Hu Sen selalu berpindah dari satu kubu ke kubu lainnya demi menaiki tangga kekuasaan Kamboja.
Hu Sen bergabung dengan Partai Komunis Kampuchea pada tahun 1960an, dan pada tahun 1970 ia bergabung dengan Khmer Merah, organisasi Maois garis keras yang menang dan berkuasa setelah pemerintah Lon Nol dengan dukungan ASnya berhasil disingkirkan. Khmer Merah pada saat itu telah memusnahkan seperempat warga Kamboja pada periode 1975-1979.
Untuk menghindari aksi pembersihan yang terjadi di Khmer Merah, dia melarikan diri ke Vietnam dan bergabung dalam militernya ketika pasukan negara tersebut masuk ke Kamboja untuk membasmi Khmer Merah. Setelah itu dia pun mengaku sebagai penyelamat Kamboja dari kebrutalan kelompok yang pernah dimasukinya itu. Setelah Vietnam mendirikan pemerintahan baru pada 1979, ia pun diangkat menjadi menteri urusan luar negeri.
Era Demokrasi
Pada 1993, Hun Sen kalah di pemilu yang diawasi oleh PBB dan dirancang sebagai awal era baru demokrasi. Sempat berakhir dengan 'parlemen gantung' dengan FUNCINPEC, partai pendukung kerajaan yang memegang kursi terbanyak. Hun Sen tidak mengakui hasil pemilihan itu sehingga mendeklarasi dirinya sebagai Perdana Menteri kedua bersama dengan Ranariddh.Namun nyatanya Hun Sen tidak rela berbagi kekuasaan dengan Pangeran Norodom Ranariddh, pemimpin royalis hingga 1997 di tahun di mana ia melakukan kudeta berdarah dan mengusirnya keluar negeri (hanya setahun sebelum Pol Pot, pemimpin Khmer Merah meninggal). Sedikitnya 40 orang tewas dalam pertempuran kedua kubu. Namun akhirnya Hun Sen diajak damai oleh Pangeran Ranariddh. Norodom Sihamoni (saudara tirinya yang lebih lunak) merupakan raja simbolis karena Hun Sen lah yang memegang kekuasaan penuh.
Hun Sen dipercayai menempatkan sekutu setianya di militer. Hun Sen dibantu oleh sekutu-sekutunya ini agar memantapkan kekuasaannya selama bertahun-tahun. Sementara, jabatan kunci dalam bidang keamanan pun diserahkan untuk keluarganya.
Pemilu
Selama berkuasa 33 tahun, bertahan lebih lama dari rejim Khmer Merah yang kejam, ia berhasil menyisihkan kerajaan dan memusnahkan lawan-lawan politiknya. Partai Rakyat Kamboja pimpinannya telah menang dalam pemilu yang tidak memiliki lawan apalagi setelah partai oposisi terkuatnya dibubarkan oleh Mahkamah Agung tahun pada 2017 lalu.Diputuskan oleh Mahkamah Agung Kamboja bahwa partai oposisi CNRP, merupakan bagian dari rencana pihak asing demi menyingkirkan CPP (Partai Rakyat Kamboja) yang merupakan partai mayoritas di negara tersebut. Banyak anggota CNRP melarikan diri dan bagi yang bertahan didiskualifikasi dari pencalonan pemilu. Presiden CNRP Kem Sokha telah ditahan sejak September tanpa proses peradilan.
China
Meskipun Vietnam berjasa atas perjalanan karir politiknya namun Hun Sen belakangan ini beralih ke China untuk memperoleh dana dan pinjaman lunak agar membuatnya tidak bertergantungan dengan negara Barat.Banyak warga makin setia terhadapnya ketika proyek-proyek infrastruktur besar terwujud dan mendorong perekonomian Kamboja. Selain itu ia juga dipuji karena telah menjadikan Kamboja sebagai produsen garmen utama dunia. Hun Sen sering tampil di depan umum di berbagai provinsi berpidato dengan bahasa yang mudah dimengerti dan disertai dengan humor dan makian terhadap para pengkritik.
No comments:
Post a Comment